“ mit, nanti jadi ke rumah gue?” tanya sinta sembari membereskan buku ke dalam tas.
“ jadi..” jawabku enteng.
“tapi mampir ke pom bensin dulu ya?”
“ iya. Bensin habis lagi? Boros amet itu motor.”
“ bukan mau ngisi bensin.” Sinta melewati aku yang sedang berdiri di depan pintu.
“terus ngapain?” aku mempercepat langkah agar sejajar dengan langkah sinta.
“ mau...” jawab sinta jail. “mau ketemuan sama cowok ganteng. Hahahahaa” dengan spontan aku menjitak kepala sahabatku itu.
“ siapa lagi? Banyak banget deh. Yang kemarin-kemarin aja gue ngga hafal.” Sinta mengelus-ngelus kepalanya sambil menyalakan motor.
“ loe aja ya mit yang bawa? Oke oke..” aku hanya bisa menatap sinta dengan kesal. Dan dia membalas dengan menutup wajahnya.
***
“ sin.. yang tadi siapa lagi?”
“ kenapa? Ganteng ya? Kalo loe mau ambil aja. Rela kok gue.” Sinta sibuk sendiri di depan webcam.
“ iya ganteng. Tapi gue engga minat sama sekali. This heart just for him. “ aku hanya membolak-balikan halaman demi halaman sebuah majalah. Pikiranku mulai ke cowok itu lagi.
“ yah.. jangan galau lagi ya sayang?” sinta menatap mataku dalam-dalam. Tersenyum. Lalu melanjutkan berfoto-foto di webcam.
“ okey. I am fine, honey.” Hatiku mulai gelisah dan bimbang. Maaf sinta? Aku telah berbohong. Aku sebenarnya ngga fine. Aku sakit. Sakit banget.
“ makan yuk, mit? Nyokap tadi nyuruh kita makan kan?” sinta mematikan lapty lalu pergi meninggalkan kamarnya. Aku kekamar mandi. Mencuci muka agar aku kelihatan BAIK-BAIK saja didepan maminya sinta.
Sinta sudah duduk manis didepan meja makan. Aku memberi senyum ke mbok dan sinta, kemudian aku duduk. Senyuman palsu. Sangat palsu. Maaf..
***
Pagi ini aku bangun kesiangan. Terpaksa naik ojek biar sampai ke sekolah dengan cepat.
“ mit, mata loe kenapa?” baru nyampe udah ditanya beginian. Emang keliatan ya? Aduuuuh..
“ kenapa apanya?” aku balik pertanya.
“ bengkak mata loe. Habis nangis ya?” sinta mulai curiga.
“ mana nangis? Kebanyakan tidur mungkin. Tau kan gue kebo? hahaha” aku menaruh tas. Keluar kelas. Lalu lari kekamar mandi.
Aku menatap dalam-dalam wajahku. Benar-benar bengkak. Sinta saja sampai tau. Aku terus membasahi wajahku agar terlihat fresh. Terus menerus. Berulang-ulang kali. Hingga getaran handphone mampu membuatku berenti mencuci muka dan aku balik ke kelas.
“ loe kemana aja mit?”
“ ke kantor. Tadi diajak ngobrol sama bu fika. Terus kekamar mandi deh.” Jawabku ceria.
“ pantes gue cari dikelas sebelah ngga ada.” Aku hanya melemparkan jawabannya dengan senyuman. “tapi loe ngga apa-apa kan mit?”
“ I am fine honey. I always fine.” Maaf aku berbohong lagi.
“ yakin?”
“ yakin banget lah! Sini-sini gue peluk biar loe yakin. hahahaaa” aku langsung memeluk sinta.
“ ih apa-apaan sih mit..” sinta berusaha melepaskan dirinya dari pelukanku. Aku hanya bisa tertawa-tawa tanpa memperdulikan guru didepan kelas.
***
Jam 9:45 wib. Bel istirahat berbunyi. Anak-anak berhamburan ke luar dan menuju ke kantin.
“ mit, mau ke kantin ngga?”
“ ngga. Masih kenyang.”
“ ngga. Masih kenyang.”
“ mana kenyang? Daritadi loe ga makan apa-apa juga.”
“ tadi pagi udah sarapan.”
“ itu kan pagi, sekarang udah siang. Makan yuk? Ayo...” sinta menarik tangaku.
“ yah.. jadi kecoretkan tuh!”
“ makanya jangan nulis mulu. Muka loe udah pucet sayaaaaaaang!!!!”
“ iiih... ini lebih penting daripada makan. I am fine.” Aku mulai kesal. “yaudah gue nitip roti aja. Ini uangnya.” Sinta mengambil uangnya lalu meninggalkanku sendiri didalam kelas.
Waktu istirahat sudah habis. Semua anak masuk dengan membawa berbagai macam makanan. Aku terus menulis. Tanpa memperdulikan sedikitpun kegiatan mereka.
“ ini mit rotinya. Sama susu.” Sinta meletakkan semuanya didepan buku. Dengan sigap aku menutup buku itu.
“ iya makasih.” Aku tersenyum ke sinta.
“iya sama-sama.” Jawab sinta sambil mengunyah. “ daritadi loe nulis apa sih? Kayanya seru banget.”
“ biasa nulis cerpen. hehehe” aku membuka roti lalu berdiri membuang bungkusnya di tempat sampah diluar kelas. Aku merasa sangat pusing. Semua seperti sedang berputar. Aku udah ngga kuat. Aku memengang tangan teman cowok ku yang sedang lewat, lalu semua terlihat hitam.
***
“ mit loe kok udah masuk? Kan kata dokter harus istirahat 4 hari.” Sinta membantu ku masuk ke dalam kelas. Aku sedikit lemas untuk berjalan. Aku tertatih-tatih.
“ gimana mau tenang dirumah. Buku gue yang warna ungu itu hilang. Loe liat ga sin?”
“ buku yang mana? Kemaren semua buku loe udah gue masukin kok.”
“ tapi ngga ada di tas.” Dengan tenaga yang tersisa aku memeriksa kolong meja. “kemana ya?”
“ seberapa penting sih itu buku? Buku catatan doang kan?” sinta bantu cari di kolong. Dalam hati, sinta memohon maaf, “maaf ya mita itu buku sebenarnya ada di gue?”
“ penting banget. Kalo hilang bisa gawat. It’s like my soul. Hehe” aku menyempatkan diri untuk bercanda disaat panik seperti ini.
“ nanti gue cariin ya.. loe pulang aja ya cantik? Nafas loe udah sesek begitu.” Sinta menggenggam tanganku.
“ anterin gue pulang aja yuk? Udah ga kuat.” Lalu sinta mengantarku ke mobil.
****
Sinta terus memperhatikan buku berwarna ungu itu. Ada yang beda dari buku ini. Entah mengapa, ada rasa penasaran yang tinggi untuk membaca isinya. Ragu-ragu namun perlahan sinta membuka sampulnya. Di halaman pertama terdapat tulisan,
“ STORY MY LOVE IS SO BAD. I WOULD BE A SWORN LOVE FOR HIM.”
Di pojok bawah sebelah kanan terdapat inisial M & V
“ V? Siapa v ?” sinta tertanya-tanya. “ apakah V itu si Vino?”
Sinta terus membuka dan membacanya penuh tanya.
“ dear, vino.
Tadi aku habis main dari rumah sinta tapi aku ngbohong sama sinta. Maafin aku sinta? Aku ngga mau kamu tau kalo aku sebenarnya sakit karena vino. Aku rapuh. Bener-bener rapuh karena vino. I am fine in front of all people,althouht in fact not like that. Mungkin aku orang yang munafik, tapi aku ngga mau orang tau kalo aku sedih, kalo aku kangen dia.
Vino.. aku kangen kamu. Meski kamu disana ngga tau apa yang aku rasa. Kenapa kamu masuk kedalam kehidupanku? Kenapa kamu hadir untuk menyakiti hatiku?
Vino.. your is my firts love. Hi.. listen to me! Yesterday, today and tomorrow i always loving you!”
Sinta terdiam. Sinta bingung harus berkata apa lagi. Mita ngga pernah cerita tentang kesedihan hatinya kepada dirinya. Sinta hanya tau kalo mita memang suka sama vino, tapi ngga sejauh ini perasaannya. Dihalaman berikutnya,
“ dear vino, my lovely..
Semenjak kamu ngga sengaja nendang dada aku dan bikin aku jatuh dari pertandingan itu.. jantung aku sering terasa sakit. Berdetak lebih kencang setiap kali mendengar keributan yang luar biasa. Aku merasa trauma saat kemarin melihat ada orang yang berkelahi di jalan raya. Tapi aku ikhlas telah sakit karenamu. Aku terima dengan lapang dada. Ini resiko telah MENCINTAIMU. Resiko aku telah SAYANG KAMU. Walau aku tau kamu pasti ngga akan jadi milikku.
Tapi aku hanya ingin, kamu berkata AKU ADALAH MILIKMU. Vino.. percayalah padaku bahwa aku sayang kamu lebih dari aku mencintai diriku. Aku engga tau kenapa bisa begini. Aku udah terbiasa tersakiti oleh tingkah lakumu. Aku terima semua ini.”
Sinta meneteskan air mata. Ia buka lembar demi lembar. Air matanya terus mengalir, ketika di halaman ke 25 mita berkata,
“ dear vino, my honey..
Tadi aku kedokter sama mimi, aku diperiksa. Dan tahu kah kamu? Kata dokter yang baik hati tadi, aku terkena sakit jantung. Masih stadium 2. Aku engga sedih. Aku engga nangis. Yang nangis malah mimi. Aku heran kenapa mimi nangis tersedu-sedu saat tau aku mengidap penyakit ini.
Aku sakit karena mu. Tapi aku ikhlas lahir batin. Aku rela kau menanamkan penyakit yang mematikan di tubuhku. Vino.. terimakasih ya.. always loving you J “
Sinta terus membaca buku ungu itu dengan deraian air mata.
“ dear vino, aku benci kamu. Aku capek kamu sakitin terus. Aku mau kamu tau isi hatiku, sebelum aku pergi..”
Dihalaman 30..
“ dear vino.. aku ingin menjadi cinta sejatimu. Walau faktanya aku ingin memiliki kamu seutuhnya,tapi itu bagai menangkap bayanganku sendiri. Amat sulit.
Vin.. aku berhasil terlihat baik-baik saja didepan semua orang, sinta juga percaya bahwa aku baik-baik saja. Ini karena kamu. Vin.. aku kangen kamu. Pasti kamu sibuk banget, sampai 4vbulan engga hubungin aku. Always loving you,vino J “
***
Pagi-pagi sinta sudah datang dengan mata bengkak dan buku ungu milik mita. Sinta duduk dikoridor sambil melihat ke arah gerbang sekolah. Mita yang ditunggu-tunggu lama datang. Buku ungu itupun di bolak-balik.
“ eh mita.. tumben dateng agak siang.” Sinta mengandeng tangan mita.
“ loe kenapa? Habis putus sama siapa sampe nangis gitu? Hahahaa..” mita terus meledeki sinta.
“ biasa ketauan sama cowok-cowok gue. Hahaha” sinta menyembunyikan buku ungu itu dibelakang badannya. “duduk sini dulu yuk? Sarapan mata. Lumayan kalo ketemu cowok kece.. hahaha..”
“ ayo deh. Udah lama juga engga masuk sekolah. Bosen di rumah.”
“ enak yaaa tidur-tiduran dirumah, tanpa beban si Monster-monster tugas.”
“ mana enak peleh! Ketinggalan pelajaran.”
“ tapi loe engga apa-apa kan? Kata dokter sakit apa?” sinta mulai memancing-mancing pembicaraan.
“ kata dokter, cuman kecapean aja. Masuk angin. Susah deh kalo udah kena penyakit orang kismin. Hahahahaaa” mita tertawa terbahak-bahak.
“ hahaha.. tampang oke, tapi penyakit kismin. Hahaha” sinta ikut tertawa, walau hatinya berkata “loe tetep ngga mau jujur sama gue.”
“ ngga apa-apa penyakit kismin yg penting nanti dapetin cowok kaya. Loh? Apa hubungannya ya? Hahaha”
“ hahaha... cie.. masih ngarepin vino nih? Ehem.. masih suka ya? Hahahaaa”
“ mana suka? Kan gue udah benci sama dia. Ngapain juga ngarepin dia. Mending gue nunggu Bruno Mars sekalian deh. Lebih keren.. just the way you are.. hahaha” mita malah bernyanyi.
“ mending Justin Bieber deh,mit. Brondong cuy! hahahaaa” sinta tertawa sambil mengetik pesan (sms) ke seseorang. “masuk aja yuk? Sarapnya udah parah nih. Hahaha” pesan terkirim dan memasukkan ponselnya ke kantong baju.
***
Jam 16:12 WIB di suatu taman.
Sinta duduk sendiri dibawah pohon. Orang yang di tunggu-tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya.
“ sin.. sory telat.” Suara seorang cowok dari arah belakang.
“ iya gapapa. Duduk sini aja. Depan gue.” Sinta memasang wajah serius.
“ ada apa sih? Serius nih kayanya. Hahaha”
“ duarius gue,vin.” Sinta mulai meres-remas tangannya.
“ tentang apa?” vino mulai terbawa aura seriusnya si sinta.
“ apa enaknya sih ngasih harapan kosong ke cewek?”
“ siapa yang ngasih harapan?” vino kebingungan.
“ gue tau loe ngga punya maksud jahat. Tapi loe ngga berhak ngasih harapan kosong ke cewek manapun.” Sinta mulai menaikkan nada suaranya.
“ yang loe maksud siapa sih?”
“ klo ada cewek yang suka sama loe dengan tulus, apa yang akan loe lakukan?”
“ gue akan bilang terimakasih.”
“ just it?” sinta kaget dengan jawaban vino yang simpel.
“ iya. Please gue ngga ngerti. Sebenernya kita lagi ngbahas siapa?”
“ kalo orang itu ada didekat loe gmana? Dia rela loh disakitin sama loe. Sampe gue pun ngga tau.”
“ iya, siapa?”
“ Mita. Sahabat gue satu-satunya. Selama 2 tahun ini dia tuh sayang sama loe. Walau loe udah nyakitin dia.” Sinta meneteskan air mata.
“ apa? Mita?” vino kaget.
“ dia sangat rapih menutupi semua kesedihan hatinya. Dia ikhlas disakitin loe. Dia rela hatinya terluka. Gue mohon,vin...” sinta menarik nafas. Ponselnya bergetar. Ada yang meneleponnya.
Sinta nangis sejadi-jadinya lalu pergi bersama vino meninggalkan taman.
***
“ tante,mita kenapa?” sinta memeluk miminya mita. Vino hanya terdiam.
“ mita ada di ruang ICU. Tadi sakitnya kambuh.” Jelas miminya dengan tegar,tanpa tetesan air mata. Vino bener-bener ngga ngerti dengan semuanya.
“ aku sama vino boleh masuk tante?”
“ iya masuk aja.”
Sinta membuka pintu penuh semangat. Air matanya bertambah deras saat melihat sahabatnya terbaring lemas. Disana banyak sekali selang dan infusan.
“ mit.. gue bawa vino.” Sinta mengelus-ngelus tangan mita. “ayo mita pegang ini. Ini tangan vino. Your lovely..” sinta menarik tangan vino.
“ please pegang tangan mita,vin. I think, its makes her more better.” Tangan vino mulai mengelus-ngelus tangan mita.
“ mita.. ini aku vino. Mita bangun ya?” vino mulai meneteskan air mata.
“ hai.. honey bangun. Melek. Ini ada vino.” Sinta mengelus-ngelus kepala mita.
“ mita.. makasih udah tulus sayang sama aku. Makasih. Maaf aku udah jahat sama kamu.” Vino terus menggenggam tangan mita. Mita hanya terdiam. Mita benar-benar koma.
“ mita.. melek ayo melek. Cepet sembuh. Minggu depan kan konsernya bruno,mit.”
“ mita.. ayo melek. Ayo kita main lagi. Kita bercanda-canda lagi di belakang sebelum latihan dan pemanasan kaya kemaren,mit. Kita nyanyi-nyanyi lagi sambil nunggu giliran tanding. Kita tanding berdua lagi di depan anak-anak. Kita yang ngga mau mengalah dalam pertandingan.” Air mata vino jatuh ditangan mita. Mita meneteskan air mata. Sinta dan vino tambah menangis.
Vino terus menggenggam tangan mita. Sinta menarik vino untuk keluar. Dirinya udah ngga kuat melihat semuanya.
Diruang tunggu, mereka berdua masih terus menangis. Sinta membuka pembicaraan,
“mita bilang dibuku ungunya.. ‘ ibu peri tolong bilang ke vino kalo aku selalu menyebut nama dia di setiap doaku. Cuman ini yang bisa aku ungkapkan sebagai tanda rasa sayangku kepada dirinya.’”
“ segitu sayangnya kah dia sama gue?”
“ dan asal loe tau.. dia itu punya penyakit jantung. Awalnya gue ngga tau dia punya penyakit ini klo gue ngga baca buku ungunya dia.” Sinta menarik nafas. “loe inget ngga 2 tahun yang lalu udah nendang dada dia dan jatuh?”
“ 2 tahun yang lalu? Saat kita lagi seleksi teakwondo untuk tingkat kota itu?”
“ iya. Ini efek dari tendangan itu. Semenjak loe nendang dada dia sampe jatuh. Jantung dia suka merasa sakit. Dan hebatnya lagi gue engga tau.”
“ sumpah gue ngga ada maksud buat nendang dia! Gue ngga sengaja juga. Gue cowok bodoh!!!”
“ semua udah terjadi,vin. Loe nyesel juga udah telat.”
“ gue jahat banget sih! Ngga peka. Gue jahat!” vino memukuli kepalanya.
***
kemarin udah 2 setengah bulan mita dirawat di ICU, tanpa ada laporan tentang kesehatan dia yang mulai membaik. Semua serba memburuk.
Hari ini, gue, vino dan mimi sedang berada di tempat peristirahatan terakhir mita. Semua berdoa untuk mita. gue membawakan tanda tangan bruno mars pesanan mita dari dulu, vino membawakan bunga tulip kesukaan mita, dan mimi membawa senyum yang tulus.
“ terimakasih atas cinta tulus kamu kepadaku. Maafkan aku mita. Aku sudah membaca semua isi buku ungu. Aku salut sama kamu. Aku bangga jadi cinta sejati dan cinta terakhirmu.” Vino menatapi nisan mita lalu pergi meninggalkan pemakaman itu dengan setetes air mata bangga dan haru.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar