BERITA meninggalnya seorang anak bayi kembar pada media
elektronik yahoo news secara 2 hari berurut-turut sempat menggegarkan
masyarakat. Bagaimana tidak, bayi tersebut terbakar ketika di dalam incubator
selama 2 hari di Rumah Sakit Bunda Ibu dan Anak. Setelah di rujuk ke Rumah
Sakit Cathrine di Makasar, orang tua korban baru mengetahui bekas luka terbakar
yang ada pada anaknya dari pihak RS tersebut setelah korban dinyatakan
meninggal . Dikabarkan juga bahwa Pihak RS Bunda tidak mengakui kelalaian yang
sudah terjadi. Orang tua korban pun masih tidak ingin melaporkan pihak RS Bunda
ke pihak berwajib atas kelalaian yang menimpa anaknya hingga meninggal karena tidak
ingin makam anaknya, Fadhlan Khairy Al-Faiq, dibongkar dan
masih menunggu permohonan maaf dari Pihak RS Bunda. Bahkan setelah penanyangan
berita ini pada 28 oktober 2014, pihak tersebut masih mengelak untuk mengakui.
Kementerian kesehatan sudah meminta
laporan tertulis kepada pihak RS bunda. Tindakan ini cukup cepat untuk menangani kejadian yang bisa di bilang malpraktek. Karena fadly,ayah
korban sudah memenuhi segala biaya yang dipinta oleh pihak RS Bunda. Beliau pun
mengambil tindakan untuk incubator dikarenakan anaknya yang kembar merupakan
bayi premature yang membutuhkan penanganan khusus dan cepat. Akan tetapi,
diluar ekspetasi beliau. Sebagaimana orang tua, hanya menginginkan yang terbaik
untuk anaknya. Kita sebagai masyarat memang harus lebih kritis akan sesuatu hal
yang terlihat aneh,mengapa? Karena pada saat rawat inap di RS Bunda, hanya
tersedia 1 perawat dalam 1 shift malam ataupun pagi. Ini tidak terlihat wajar,
bisa kita amati dengan seksama, bagaimana cara pelayanan mereka terhadap
pasien-pasien ketika membutuhkan bantuan secara bersamaan?
Sungguh ironis memang pelayanan rumah
sakit di Indonesia belum begitu canggih seperti Negara maju. Bahkan
kesejehateraan untuk mendapatkan berobat gratis pun belum ada. Dengan konteks,
berobat gratis untuk semua kalangan masyarakat Indonesia termasuk golongan
masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan. Bahkan tidak asing ditelinga kita
jika mendengar pasien meninggal ditolak oleh pihak rumah sakit karena tidak
memilki uang untuk jaminan tindakan. Disamping itu, masalah juga bermunculan
ketika kita sudah membayar segala biaya yang seharusnya akan tetapi fasilitas
yang di dapat malah buruk seperti yang dialami fadly. Mari menjadi masyarakat
yang kritis, ketika pelayanan serta fasilitas tidak berbanding lurus dengan
biaya yang di keluarkan maka kita bisa meminta surat rujukan kerumah sakit
lain, terlebih jika penyakit pasien parah. Mari Kita bangun Negara yang peduli
kesehatan dalam hal pelayanan dimulai dari keluarga kecil kita sendiri dan Mari
menjadi konsumen yang kritis. Supaya tidak menjadi korban pihak-pihak rumah
sakit yang tidak bertanggungjawab.
By : Dara Puspitawati